Masjid

Masjid Pondok Pesantren Persis 259 Firdaus Pangalengan

Penerimaan Santri Baru

Penerimaan Santri Baru Tahun Ajaran 2013 / 2014 Pondok Pesantren Persis 259 Firdaus Pangalengan

Kunjungan Dan Pertemuan

Kunjungan Tokoh Agama Dan Tokoh Masyarakat Mengadakan Pertemuan Di Pondok Pesantren Persis 259 Firdaus Pangalengan

Prestasi

Beberapa Penghargaan yang di Peroleh Pondok Pesantren Persis 259 Firdaus Pangalengan

Santriwan Dan Santriwati

Santriwan dan santriwati berikut ustadz Pondok Pesantren Persis 259 Firdaus Pangalengan Di Depan Mesjid

Sabtu, 18 Mei 2013

Perhiasan Yang Paling Indah


Kecantikan adalah anugerah dari Allah swt, dan banyak dari kaum hawa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hal itu, terutama kecantikan fisik. Tentu maksud mereka bervasiasi, seperti ingin dilirik, diperhatikan, dan disorot orang, atau sangat mungkin mereka ingin mengamalkan ajaran Islam yang mencintai keindahan. Tentu saja hal itu kembal ke niat awal mereka.

Fenomena yang marak sekarang ini adalah banyak wanita yang berusaha mempercantik dirinya dengan cara merubah bentuk fisik aslinya, misalnya saja operasi plastik, mengerik alis, bahkan memakai kawat gigi untuk kebutuhan fashion.  Bukan hanya itu, sekarang ini banyak sekali variasi model jilbab/kerudung yang pas untuk mengikuti kebutuhan fashion wanita. Seakan semua itu menjadi tanda bahwa kecantikan fisik adalah segala-galanya. Dan apakah kecantikan fisik menjadi tujuan utama mereka? Bagaimana dengan kecantikan hati (inner beauty)? Apakah mereka tak mau mencari ridho Allah swt dengan mengedepankan kecantikan hati ini? Apakah mereka tidak mau mengutamakan kecantikan hati ini untuk mencari akhirat yang dijanjikan Alloh swt yang sangat kekal? Ataukah mereka hanya mencari kesenangan duniawi saja? Ataukah mencari perhatian makhluk ciptaan Alloh swt saja?

Seharusnya kita mencari akhirat, mencari ridho Alloh swt, menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Dengan cara memakai pakaian yang sopan, enak dipandang, dan tak mengundang kemadharotan. Dengan cara sederhana dalam memakai pakaian, turunkanlah jubbah/hijab sampai kaki dan yang boleh terlihat hanya telapak tangan – muka. Bukankah sudah jelas bahwa wanita itu adalah perhiasa paling indah. Dalam hadits Nabi saw dinyatakan beliau bersabda:

“Dunia adalah perhiasan dan perhiasan dunia adalah wanita yang sholehah.” (HR muslim, Ibnu Majah, dan Imam An-Nasa’i)

Betapa indahnya jikalau para wanita yang senantiasa menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya meskipun susah, yang secara terus-menerus pantang menyerah berusaha untuk mencapai derajat sholehah. Sehingga menyadari bahwa mereka adalah sebuah perhiasan yang paling indah.

Semoga uraian di atas bisa memotivasi kita untuk selalu bermuhasabah (introspeksi diri), untuk menjadi yang lebih baik. Semoga Alloh swt senantiasa menaungi dan menjaga orang-orang yang berjihad di jalan-Nya.

Wassalaamu ‘Alaikum wr wb.

Modern Tanpa Harus Meninggalkan Sunnah


Di masa sekarang, hampir tidak ada seorang pun yang terlepas dari kehidupan dan budaya modern. Seluruh lapisan masyarakat, baik tua maupun muda, kaya ataupun miskin, mereka sudah terinfeksi oleh virus modernisme. Namun apakah dengan kaeadaan masyarakat sekarang yang serba modern ini ketaatan masyarakat terhadap kewajiban dan tuntutan agama tetap mereka laksanakan sebagaimana mestinya?


Ternyata modernitasnya masyarakat berbanding terbalik dengan ketaatan mereka terhadap agama. Hal ini dapat dibuktikan dengan hilangnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan sunnah-sunnah Rosulullah s.a.w. Salah satunya lebih banyak menggunakan media internet untuk berinteraksi daripada silaturrahmi secara langsung. Memang hal ini tidak disalahkan dan sah sah saja. Tapi apakah ketika seseorang berinteraksi dalam dunia maya sama dengan ia berinteraksi dalam dunia nyata? Banyak orang yang akrab dalam situs jejaring sosial tetapi saat bertemu langsung seperti tidak kenal dan tidak saling menyapa sama sekali.

Hal ini sangat dikhawatirkan, karena jelas sangat bertentangan dengan hadits nabi Muhammad s.a.w. Yang berbunyi :

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan ingin dipajangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambungkan silaturrahmi.”

Maksud dari silaturrahmi diatas adalah silaturrahmi yang sebenarnya. Yaitu seseorang berkunjung ke rumah orang lain. Selain memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, silaturrahmi juga bisa melapangkan rizki dan memanjangkan umur. Ini sangat logis karena ketika seseorang berkunjung ke tempat orang lain, secara otomatis pribumi akan memberikan jamuan. Maka hal inilah yang menjadi rizki bagi orang yang suka berkunjung.

Lalu bagaimana dengan dipanjangkan umur? Apakah memang bisa? Tentu saja bisa. Ketika seseorang rajin berkunjung ke tempat orang lain, saat dia sudah meninggal maka orang yang sering dikunjunginya akan merasa kehilangan dan akan selalu mengenangnya. Maka inilah yang dimaksud dengan dipanjangkan umurnya.

Apakah berintraksi dalam dunia maya bisa menjamin hal demikian? Meskipun sebutannya sama sebagai silaturrahmi, namun belum tentu jaminan yang dijanjikan Rosulullah itu akan terjadi kepada diri kita.

Kembali lagi kepada pembahasan, bahwa itu merupakan salah satu gaya hidup modern yang mulai mengikis gaya hidup yang menjalankan sunnah Rosulullah. Sabda Nabi :

“Aku meninggalkan dua perkara bagi kalian, kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya. Kitab Allah dan Sunnah Rosul-Nya.”

Maksud sunnah diatas adalah hadits-hadits nabi Muhammad yang menjadi salah satu rujukan hukum dalam Islam. Lalu apa hubungannya dengan gaya hidup?

Tatacara hidup bagi ummat Islam lengkap diterangkan dan dicontohkan oleh Rosulullah. Tentu saja keterangannya ada dalam hadits-hadits yang sohih. Maka disinilah titik temu antara hadits diatas dengan gaya hidup bagi seorang muslim. Saat gaya hidup yang modern sudah bertentangan dengan sunnah Rosulullah, maka secara tidak langsung itu sudah meninggalkan dua perkara tadi. Maka kehidupan seseorang sudah berada dalam kesesatan yang nyata.

Lalu bagaimana men-singkronkan antara gaya hidup yang serba modern dengan gaya hidup yang menjalankan sunnah Rosulullah?

Berkaitan dengan hal tadi, yaitu bersilaturrahmi. Ini bisa ada titik temunya. Yaitu ketika seseorang sering berkunjung ke rumah orang lain, hubungan dan komunikasi bisa di lanjutkan di media internet seperti di jejaring sosial, agar terus ada interaksi. Yang menjadi catatan bahwa tetap yang pertama adalah melaksanakan sunnah terlebih dahulu, agar hidup kita tidak dikatakan hidup yang sesat dengan taatnya kita pada agama dan menjalankan segala apa yang diajurkan Rosulullah. Menjauhkan diri dari hal-hal modern juga bukan hal yang memungkinkan. Jalan keluarnya adalah dengan pandai-pandainya kita mencari titik temu antara gaya hidup modern dengan gaya hidup yang sesuai tuntunan Rosulullah s.a.w.